Menu

Pelabuhan-pelabuhan Potensial di Aceh sebagai Pintu Gerbang Internasional Indonesia Wilayah Barat

Discussion in 'Diskusi Umum' started by rpermana, Apr 27, 2020.

Share This Page

  1. Pelayaran
    rpermana

    rpermana is a Featured Memberrpermana is a Verified Memberrpermana Well-Known Member

    • Messages: 301
    • Likes Received: 149
    [​IMG]

    Siapa yang tidak mengenal Provinsi Aceh? Aceh merupakan provinsi yang terletak di posisi paling barat Indonesia. Tentu saya, posisi tersebut sangat strategis dalam jalur perlayaran internasional. Selain itu, Aceh juga dapat menjadi pintu gerbang Indonesia di wilayah barat. Posisi yang strategis ini tentu dapat dipergunakan dengan maksimal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di bidang maritim. Guna memaksimalkan potensi pelayaran internasional di Aceh, provinsi ini memiliki pelabuhan-pelabuhan yang potensial dijadikan sebagai jalur pelayaran internasional.

    Pelabuhan utama internasional yang potensial adalah Pelabuhan Sabang, dengan Pelabuhan Malahayati yang dapat dijadikan sebagai pelabuhan penghubung atau feeder tol laut Indonesia. Pelabuhan Sabang juga berlokasi di jalur pelayaran internasional. Selain itu, terdapat pelabuhan lainnya di kawasan Pantai Timur Aceh, yakni Pelabuhan Krueng Geukueh dan Kuala Langsa. Sementara di kawasana Pantai Barat, terdapat Pelabuhan Calang.

    Pemerintah Provinsi Aceh juga meyakini bahwa pemanfaatan potensi pada pelabuhan-pelabuhan tersebut sangat potensial dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, beroperasinya kapal peti kemas dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Pelabuhan Malahayati dan sebaliknya akan semakin membantu dalam peningkatan intensitas aktivitas laut Aceh.

    Apakah pelabuhan-pelabuhan tersebut sudah berjalan maksimal?

    [​IMG]

    Ternyata sebagian besar pelabuhan ini justru masih belum berhasil dioperasikan dengan maksimal. Hal ini terlihat dari komoditas pertanian yang berasal dari Aceh justru cenderung lebih banyak dieksport melalui Pelabuhan Belawan yang berlokasi di Sumatera Utara. Hal ini tentu memberikan kerugian karena transaksi ekspor yang dilakukan ke luar Aceh yang diperkirakan dapat mencapai 14,435 miliar rupiah per tahun.

    Fenomena ini menunjukkan bahwa pelabuhan-pelabuhan di Aceh masih belum mampu menghadapi persaingan dengan pelabuhan di provinsi tetangganya, yakni Sumatera Utara. Hal ini tentu berimbas pada perekonomian daerah karena aktivitas bongkar muat yang cenderung minim. Bahkan selama tahun 2010-2015, pertumbuhan arus bongkar muat menunjukkan hasil negatif yang berarti justru mengalami penurunan.

    Salah satu faktor penyebab pengoperasian pelabuhan-pelabuhan masih belum maksimal adalah tidak tersedianya infrastruktur yang mendukung, seperti ketersediaan gudang dan crane. Dibutuhkan adanya inovasi teknologi yang didukung dengan manajemen professional untuk menghasilkan kinerja yang kompetitif sehingga dapat bersaing dengan pelabuhan di provinsi tetangga.

    Sangat disayangkan apabila pelabuhan-pelabuhan di Aceh tidak dimaksimalkan dengan baik. Potensi pelabuhan-pelabuhan dan kondisi alam laut di Aceh tentu menjadi kesempatan besar dalam meningkatkan perekonomian di sektor maritim.