Dengan mengawinsilangkan Umiak Eskimo dengan Kano Polynesia lahirlah 'First Hybrid' dengan metode pembuatan à la bangsa Eskimo tetapi bercadik layaknya Kano Polynesia. Pertanyaannya: Seberapa Kuat 'First Hybrid' ini dalam mengarungi laut? Pengujian secara langsung di laut memang belum sempat dilakukan terkait belum berakhirnya pandemi Covid-19. Tetapi hal ini dapat diukur dengan menganalisis kekuatan kedua 'orang tua'nya. Umiak sudah diproduksi oleh bangsa Eskimo (dan bangsa Viking dengan nama berbeda) dari belahan Bumi Utara sejak zaman es berakhir. Namun catatan perjalan Umiak dalam sejarah baru benar-benar tercatat pada abad kesembilan. Alkisah, hiduplah seorang misionaris dari pulau Irlandia bernama Brendan (bergelar Santo) pada abad keenam. Brendan tercatat melakukan perjalanan suci dari pantai barat Irlandia melalui kepulauan Faroe lalu singgah di pulau Islandia dan berakhir di pulau New Foundland, timur Kanada. Dalam catatan sejarah Brendan melakukan perjalanan bersama murid-muridnya dengan perahu yang mirip dengan Umiak, selama tujuh tahun. Benar tidaknya catatan ini memang belum dapat dipastikan, sehingga pada bulan Mei 1976 seorang Inggris bernama Tim Severin menempuh rute yang sama persis dengan perahu yang juga mirip Umiak. Severin sampai di New Foundland pada Juni 1977 setelah menempuh jarak sekitar 7.200 km melintasi laut utara yang dingin, dengan kondisi perahu yang masih layak pakai. Lantas bagaimana dengan Kano Polynesia? Jawabannya ada pada pulau Paskah di lepas pantai Chile. Pulau yang terletak sekitar 3.700 km dari kota Valparaíso ini didiami bangsa Polynesia, bukan bangsa Hispanik apalagi Indian. Lalu darimanakah bangsa Polynesia berasal? Sejarah mencatat penduduk kepulauan Polynesia yang tersebar di tengah Lautan Teduh Pasifik bermigrasi dari kepulauan Austronesia sejak zaman Prasejarah. Secara fisik bangsa Polynesia memang lebih mirip bangsa Autronesia daripada bangsa Melanesia. Dari kepulauan Austronesia ke pulau Paskah terbentang jarak 12.000 km berisi gugusan pulau karang di tengah lautan maha luas. Lalu bagaimana bangsa Polynesia dapat menempuh jarak sedemikian jauh? Tentu saja dengan perahu. Perahu seperti apa? Tentu saja perahu khas Polynesia, yaitu Kano Kayu bercadik satu. Artinya Kano bercadik satu tersebut telah mengantarkan mereka mengarungi lautan sampai 12.000 km! Dengan membandingkan Umiak yang mampu menempuh jarak 7.200 km dengan Kano Polynesia yang mampu menempuh jarak 12.000 km kekuatan 'First Hybrid' dapat diprediksi. Terpal lebih tahan air daripada kulit hewan dan Bambu lebih ringan daripada batang Kayu sehingga bisa diprediksi 'First Hybrid' ini akan lebih lincah, lebih cepat, dan lebih tahan lama daripada kedua 'orang tua'nya. Walaupun tentu saja prediksi belum tentu sama persis dengan kenyataan yang terjadi, setidaknya peribahasa "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya" dapat dipertimbangkan. Bagi yang ingin melihat langsung cara pembuatan dan uji coba 'First Hybrid' dapat membuka tautan berikut: