Menu

Sejarah Perkembangan Kapal

Discussion in 'Diskusi Umum' started by Ario Seno, Jun 11, 2020.

Share This Page

  1. Ario Seno

    Ario Seno New Member

    • Messages: 7
    • Likes Received: 2
    2020-06-11 17.02.24.jpg

    Tulisan ini dibuat dalam rangka memperingati Hari Purbakala Nasional ke-107 yang jatuh pada tanggal 14 Juni mendatang. Sudah menjadi sebuah fakta bahwa Kapal adalah sarana transportasi purbakala yang masih mempertahankan bentuk dasarnya hingga kini. Orang boleh mengajakan Wright bersaudara adalah penemu Pesawat Terbang atau Gottlieb Daimler adalah penemu Mobil tetapi tidak ada yang bisa menyebutkan nama penemu Kapal, karena Kapal sudah dikenal jauh sebelum manusia mengenal suku bangsa.

    Untuk mempelajari sejarah kapal, terlebih dahulu perlu diketahui bahwa benda apung yang pertama dikenal manusia adalah kayu. Tidak seperti batu (kecuali Batu Apung) yang lekas tenggelam, kayu tetap mengapung di permukaan air karena massa jenisnya yang lebih ringan. Dengan memperhatikan pohon yang tumbang dan masuk ke air manusia berpikir tentang sarana transportasi yang dapat membawanya melintasi perairan.

    Kayu yang atasnya dilubangi (dibuat rongga) ternyata memiliki daya apung yang lebih baik daripada kayu utuh sehingga dapat memuat lebih banyak orang. Hingga Kano Pesse pun muncul. Pesse adalah nama Desa berawa di wilayah Drenthe, Netherland. Kano ini berasal dari millenium ke-8 SM dan hingga sejak ditemukan tahun 1955 hingga kini merupakan Kano (Perahu) tertua yang diketahui. Keberadaan Kano Pesse dimungkinkan karena Eropa kaya akan kayu-kayu besar (Kano Pesse memiliki panjang 298 cm dan diameter 44 cm). Lalu bagaimana dengan daerah-daerah miskin kayu?

    Wilayah Asia Timur tidak banyak ditumbuhi kayu besar tetapi kaya tumbuhan lain yang juga memiliki batang yang keras, yang disebut Bambu. Bambu tumbuh liar dan sangat cepat serta dapat ditemukan di wilayah-wilayah pesisir. Bahkan Bambu memiliki rongga dalam batang yang tidak dimiliki kayu besar sehingga daya apungnya lebih baik. Walaupun diameter Bambu jauh lebih kecil, beberapa batang Bambu dapat disatukan menjadi sebuah Rakit. Rakit juga dapat dibuat dari ranting-ranting kayu yang diameternya lebih kecil dari kayu-kayu besar, seperti di Pulau Britania. Lain Asia Timur dan Pulau Britania lain pula daerah aliran Sungai Nil. Sungai terpanjang di dunia ini banyak ditumbuhi Papyrus. Masyarakat setempat mengikat batang Papyrus menjadi satu membentuk semacam perahu. Cara membuat perahu seperti ini juga ditemukan di tepi Danau Titicaca, Amerika Selatan. Masyarakat Kashmir (India Utara) lain lagi. Daerah mereka yang terdiri dari hamparan rumput luas dengan ternak melimpah memberikan mereka ide untuk membuat perahu udara pertama. Mereka jahit kulit Sapi/Lembu dengan rapat lalu mereka tiupkan udara ke dalamnya hingga menggembung seperti balon. Karena udara lebih ringan daripada kayu perahu udara ini mengapung dengan lebih baik, walau satu kelemahannya mudah bocor bila tertusuk.

    Saat mengenal Sungai Berarus dan Lautan Luas, manusia mulai berpikir untuk membuat Kano menjadi hidrodinamis, dengan meruncingkan haluan, buritan, dan lambungnya. 'Dugout Canoe' banyak digunakan di sungai-sungai besar. Tetapi mudah oleng bila digunakan melintasi laut. Cadik (Outrigger) ditambahkan di salah satu sisinya untuk membuatnya seimbang. Kano semacam ini banyak ditemukan di Kepulauan Polynesia. Bisa juga dua buah 'Dugout Canoe' disatukan di bagian tengahnya mirip sebuah jembatan pontoon. Ini adalah cikal bakal Catamaran. Kano dari Kepulauan Hawaii adalah salah satu Catamaran awal. Mesir menemui kesulitan dalam mengembangkan perahu. Bagian pesisir miskin kayu sehingga kayu harus didatangkan dari Lebanon. Kesulitan datang lagi karena kereta kuda tak cukup kuat membawanya dari Lebanon sampai Mesir. Solusi muncul dengan memotong kayu-kayu tersebut menjadi potongan-potongan kecil yang dirakit setibanya di Mesir. Inilah perahu pertama yang tidak menggunakan kayu utuh dan merupakan cikal bakal kapal di masa mendatang. Keunikan dari perahu-perahu generasi kedua ini ialah digunakannya Layar berupa kain membentang untuk memanfaatkan Tenaga Angin menjadi penggerak.

    Masyarakat Britania dan Amerika Utara punya cara berbeda dalam mengembangkan perahunya. Ranting kayu tidak lagi dibuat Rakit melainkan dijadikan kerangka perahu dengan kulit hewan sebagai selubungnya. Perahu kulit ini disebut Umiak di Amerika Utara (Eskimo) dan Corrakel di Pulau Britania. Strukturnya jelas lebih kuat dari perahu udara Kashmir dan lebih besar kapasitasnya dari Rakit. Cara ini ternyata juga digunakan di daerah aliran Sungai Mekong dan Mesopotamia. Bedanya mereka tidak menggunakan kulit hewan melainkak anyaman Bambu yang dilapisi Ter.

    Dalam perkembangan selanjutnya, Kano bercadik akan menurunkan Kano bercadik dua, seperti Sandeq dari Sulawesi Selatan dan Golekan dari Madura, yang kemudian menurunkan Kapal Jukung. Perahu Mesir menurunkan Corbitta (kapal dagang) dan Trireme (kapal perang) yang dikembangkan bangsa Yunani kemudian ditiru bangsa Romawi. Bisa jadi Jukung yang merupakan kapal utama dalam armada Majapahit merupakan asimilasi antara Corbitta dengan Kano bercadik dua karena dibuat dari potongan-potongan kayu (bukan kayu utuh) tetapi tetap mempertahankan kedua cadiknya. Trireme merupakan cikal bakal Haluan Berbentuk Bola yang banyak digunakan kapal modern, walaupun haluan Trireme berfungsi menenggelamkan kapal musuh sedangkan haluan kapal modern didesain untuk memecah gelombang. Corbitta dan Trireme kemudian berasimilasi menjadi Kapal Bangsa Viking (Millenium pertama masehi) yang selanjutnya menurunkan Galleon. Galleon yang mulai berkembang di abad ke-14 merupakan cikal bakal kapal modern, dari Phinisi hingga Souvereign of the Sea. Desain kapal yang berkembang kemudian mengambil bentuk dasar Galleon ini.

    Catamaran selanjutnya berkembang menjadi Trimaran (lambung tiga) dan belakangan ini menjadi Pentamaran (lambung lima). Di masa mendatang mungkin Poly-maran (berlambung banyak) akan muncul.

    Umiak dan Kano bercadik satu berasimilasi dalam bentuk Hybrid 1 (lihat tulisan sebelumnya).

    Video tentang hybrid 1:



    Epilog:
    Dari semua sejarah, barangkali hanya sejarah kapal yang bersifat lintas zaman, lintas benua, hingga lintas teknologi. Memang banyak hal yang masih perlu diketahui berkaitan dengan perkembangan kapal dan prediksi mengenai bentuk kapal di masa mendatang.